Kamis, 22 Mei 2008

PROLAPSUS KORDA UMBILIKALIS

PROLAPSUS KORDA UMBILIKALIS

Prolapsus Korda Umbilikalis adalah suatu keadaan dimana korda umbilikal (tali pusar) mendahului bayi, yaitu keluar dari jalan lahir.

Pada keadaan ini, jika bayi mulai memasuki jalan lahir, tali pusar akan tertekan sehingga aliran darah ke bayi terhenti.

Prolapsus korda umbilikalis bisa terjadi secara nyata atau tersembunyi.

Pada prolapsus yang nyata, selaput ketuban telah pecah dan tali pusar menonjol ke dalam vagina sebelum bayi turun ke jalan lahir.

Prolapsus yang nyata biasanya terjadi jika bayi berada dalam letak bokong (tetapi bisa juga terjadi pada letak kepala), terutama jika selaput telah pecah sebelum waktunya atau jika janin belum turun ke panggul ibu.

Untuk mencegah terjadinya cedera pada janin akibat terhentinya aliran darah ke janin, maka segera dilakukan persalinan, biasanya melalui operasi sesar.

Pada prolapsus tersembunyi, selaput ketuban tetap ututh dan tali pusar berada di depan janin atau terperangkap di depan bahu janin. Biasanya keadaan ini diketahui melalui denyut jantung janin yang abnormal.

Prolapsus tersembunyi bisa diatasi dengan cara merubah posisi ibu atau mengangkat kepala janin untuk menghilangkan tekanan pada tali pusar. Kadang perlu dilakukan operasi sesar.

EMBOLI CAIRAN KETUBAN

Emboli Cairan Ketuban adalah penyumbatan arteri pulmoner (arteri paru-paru) ibu oleh cairan ketuban.

Suatu emboli adalah suatu massa dari bahan asing yang terdapat di dalam pembuluh darah. Meskipun sangat jarang terjadi, emboli bisa terbentuk dari cairan ketuban.

Emboli ini sampai ke paru-paru ibu dan menyumbat arteri, penyumbatan ini disebut emboli pulmoner.

Emboli pulmoner bisa menyebabkan denyut jantung yang cepat, irama jantung yang tidak teratur, kolaps, syok atau bahkan henti jantung dan kematian.

PERDARAHAN RAHIM

Perdarahan hebat dari rahim setelah persalinan merupakan masalah yang serius. Biasanya selama persalinan ibu kehilangan darah sebanyak 0,5 liter.

Ketika plasenta lepas dari rahim, pembuluh darah rahim terbuka. Kontraksi rahim membantu menutupnya pembuluh darah ini sampai mereka mengalami pemulihan lengkap.

Jika setelah proses persalinan rahim tidak berkontraksi atau jika sejumlah kecil plasenta tertinggal di dalam rahim sehingg rahim tidak dapat berkontraksi, maka darah yang hilang akan lebih banyak.

Robekan pada vagina atau serviks juga bisa menyebabkan perdarahan hebat.

PROSEDUR

Jika selama proses persalinan berlangsung terjadi komplikasi, maka diambil beberapa tindkan sepserti induksi persalinan, persalinan dengan bantuan forseps atau ekstraktor vakum atau operasi sesar.

Induksi Persalinan

Induksi Persalinan adalah pencetusan persalinan buatan.

Augmentasi persalinan menggunakan teknik dan obat yang sama dengan induksi persalinan, tetapi dilakukan setelah kontraksi dimulai secara spontan.

Biasanya induksi persalinan hanya dilakukan jika ibu memiliki masalah kebidanan atau jika ibu maupun bayinya memiliki masalah medis.

Untuk menentukan kematangan janin secara akurat, sebelum dilakukan induksi, bisa dilakukan amniosentesis.

Pada induksi persalinan biasanya digunakan oksitosin, yaitu suatu hormon yang menyebabkan kontraksi rahim menjadi lebih kuat. Hormon ini diberikan melalui infus sehingga jumlah obat yang diberikan dapat diketahui secara pasti.

Selama induksi berlangsung, denyut jantung janin dipantau secara ketat dengan menggunakan alat pemantau elektronik.

Jika induksi tidak menyebabkan kemajuan dalam persalinan, maka dilakukan operasi sesar.

Pada augmentasi persalinan diberikan oksitosin sehingga kontraksi rahim bisa secara efektif mendorong janin melewati jalan lahir.

Tetapi jika persalinan masih dalam fase inisial (dimana serviks belum terlalu membuka dan kontraksi masih tidak teratur), lebih baik augmentasi ditunda dengan membiarkan ibu beristirahat dan berjalan-jalan.

Kadang terjadikontraksi yang terlalu kuat, terlalu sering atau terlalu kuat dan terlalu sering. Keadaan ini disebut kontraksi disfungsional hipertonik dan sulit untuk dikendalikan.

Jika hal ini terjadi akibat pemakaian oksitosin, maka pemberian oksitosin segera dihentikan. Diberikan obat pereda nyeri atau terbutalin maupun ritodrin untuk membantu menghentikan maupun memperlambat kontraksi.

Forseps & Ekstraktor Vakum

Forseps adalah alat bedah yang terbuat dari logam, bentuknya menyerupai tang, ujungnya bundar sesuai denga bentuk kepala janin.

Ekstraktor Vakum adalah suatu mangkuk kecil yang terbuat dari bahan yang menyerupai karet dan dihubungkan dengan sebuah vakum (ruang hampa udara), yang dimasukkan ke dalam vagina dan ditempelkan pada kepala janin.

Forseps kadang digunakan untuk membantu persalinan atau memandu kepala janin. Forseps perlu digunakan jika janin berada dalam keadaan gawat atau posisinya abnormal atau jika persalinan berlangsung lama (persalinan yang berlangsung lama kadang terjadi jika digunakan anestesi yang menyebabkan ibu tidak dapat mengedan secara adekuat).

Ekstraktor vakum adalah suatu alat yang menerapkan pemompaan pada kepala janin. Dengan alat ini, bayi ditarik keluar secara perlahan.

Pemakaian forseps bisa menyebabkan memar pada wajah bayi atau menyebabkan robekan pada vagina ibu; sedangkan ekstraktor vakum bisa menyebabkan robekan pada kulit kepala janian. Tetapi cedera tersebut jarang terjadi.

Operasi Sesar

Operasi Sesar adalah operasi untuk melahirkan/mengeluarkan bayi dari rahim ibu dengan cara membuat sayatan pada perut dan rahim ibu.

Operasi sesar biasanya dihadiri oleh dokter ahli kebidanan, ahli anestesi, perawat dan ahli neonatologi atau seseorang yang ahli dalam melakukan resusitasi.

Segera setelah menjalani operasi sesar, ibu dianjurkan untuk berjalan guna mencegah terjadinya emboli paru (penyumbatan arteri paru oleh bekuan darah yang berasal dari tungkai atau panggul).

Rasa nyeri yang timbul setelah operasi sesar lebih hebat dibandingkan dengan nyeri akibat persalinan melalui vagina.

Sayatan bisa dibuat di rahim bagian atas (insisi klasik) atau di rahim bagian bawah (insisi segmen bawah).

Insisi klasik digunakan hanya jika plasenta berada dalam posisi yang abnormal (plasenta previa) atau jika janin berada dalam posisi horisontal. Perdarahan yang terjadi lebih banyak karena rahim bagian atas lebih banyak mengandung pembuluh darah dan jaringan yang terbentuk lebih lemah sehingga kemungkinan akan terbuka pada kehamilan berikutnya.

Insisi segmen bawah bisa dibuat secara horisontal maupun vertikal, kebanyakan dibuat secara horisontal. Insisi vertikal biasanya dibuat jika janin berada dalam posisi yang abnormal.

Tidak ada komentar: