Kamis, 22 Mei 2008

Faktor Resiko Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

Faktor Resiko Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

Bppsdmk, Jakarta - Faktor Resiko Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

di Wilayah Kerja Puskesmas Bogor

oleh :Dra. Hj. E. Nina Herlina MKes, Ir. Fauzia Djamilus, Mkes

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia relatif tinggi dibandingkan dengan negara lain di ASEAN yaitu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup (SKRT,1995). Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (1997) menunjukkan bahwa terdapat penurunan AKI dari 390 menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut Depkes 1998, angka kematian ibu sekitar 3-6 kali lebih besar dari negara-negara lain di ASEAN dan 50 kali lebih besar dari angka di negara lebih maju. Diharapkan pada tahun 2010, AKI menurun menjadi 225 per 100.000 kelahiran hidup.

Wiknyosastro (1999) menyatakan bahwa kematian ibu dapat digolongkan pada kematian obstetrik langsung. Kematian obstetrik tidak langsung disebabkan oleh penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada sebelum kehamilan atau persalinan seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes, millitus malaria dan anemia.Royston (1994) juga mengemukakan bahwa salah satu penyebab tidak langsung kematian ibu adalah penyakit yang mungkin telah terjadi sebelum kehamilan dan diperburuk oleh kehamilan ibu sendiri, penyakit tersebut antara lain adalh anemia.

Seorang wanita hamil yang memiliki kadar Hb kurang dari 10 gr% disebut menderita anemia dalam kehamilan. Anemia pada kehamilan atau kekurangan kadar hemoglobin dalam darah dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius bagi ibu baik dalam kehamilan, persalinan dan nifas yaitu dapat mengakibatkan abortus, partus prematurus, partus lama karena inertia utein, perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi intra partum maupun post partum. Anemia berat dengan Hb kurang dari 4 gr% dapat mengakibatkan dekompensatio cordis. Sedangkan komplikasi dapat terjadi pada hasil konsepsi yaitu kematian mudigah, kematian perinatal, prematuritas, cacat bawaan dan cadangan zat besi kurang (Prawirohardjo,2002).

Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia gizi besi, hal ini disebabkan kurangnya asupan zat besi dalam makanan karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau perdarahan frekuensi anemia dalam kehamilan di dunia cukup tinggi berkisar antara 10% dan 20% (Prawirohardjo ,2002). Sedangkan menurut SKRT (1995) dalam profil kesehatan Kota Bogor (2002) angka anemia ibu hamil yaitu 51,8% pada trimester I, 58,2% pada trimester II, dan 49,4% pada trimester III. Adapun penyebab tidak langsung kesakitan dan kematian ibu adalah kejadian anemia pada ibu hamil sekitar 51% dan pada ibu nifas 45% serta karena Kurang Energi Protein (Depkes,2003).

Menurut Ikatan Bidan Indonesia (2000) untuk deteksi anemia pada kehamilan maka pemeriksaan kadar Hb, ibu hamil harus dilakukan pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. Bila kadar Hb <>

Akan tetapi dalam kenyataan tidak semua ibu hamil yang mendapat tablet zat besi meminumnya secara rutin, hal ini bisa disebabkan karena faktor ketidaktahuan pentingnya tablet zat besi untuk kehamilannya. Dampak yang diakibatkan minum tablet zat besi dan penyerapan/respon tubuh terhadap tablet besi kurang baik sehingga tidak terjadi peningkatan kadar HB sesuai dengan yang diharapkan. Faktor lain yang berhubungan dengan anemia adalah adanya penyakit infeksi bakteri, parasit usus seperti cacing tambang, malaria. Faktor sosial ekonomi yang rendah juga memegang peranan penting kaitannya dengan asupan gizi ibu selama hamil.

Berdasarkan uraian diatas perlu pengkajian untuk mengetahui Faktor Resiko Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil, Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bogor.

Tujuan Umum

Dianalisis hubungan antara beberapa faktor yang diduga merupakan resiko kejadian Anemia pada Ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bogor.

Tujuan Khusus

1. Diketahuinya besarnya kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Puskesmas Kota Bogor,

2. Diketahuinya hubungan antara umur ibu hamil dengan kejadian anemia di Wilayah Puskesmas Kota Bogor,

3. Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan kejadian anemia di Wilayah Puskesmas Kota Bogor,

4. Diketahuinya hubungan antara paritas dengan kejadian anemia di Wilayah Puskesmas Kota Bogor,

5. Diketahuinya hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia di Wilayah Puskesmas Kota Bogor,

6. Diketahuinya hubungan antara kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia di Wilayah Puskesmas Kota Bogor, Diketahuinya hubungan antara frekuensi ANC dengan kejadian anemia di Wilayah Puskesmas Kota Bogor,

7. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi ibu hamil dengan kejadian anemia di Wilayah Puskesmas Kota Bogor,

8. Diketahuinya hubungan antara pola makan ibu hamil dengan kejadian anemia di Wilayah Puskesmas Bogor.

METODE

Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan rancangan cross sectional. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2005.

Populasi dan Sampel

Populasi Seluruh ibu hamil trimester I dan II di 5 Kota Bogor. Besar sample bila ditinjau dari tujuan penelitian, yang ingin diketahui adalah proporsi dari variabel independen (umur, paritas, tingkat pendidikan, jarak kehamilan, frekuensi ANC, kepatuhan konsumsi tablet Fe, pengetahuan kesehatan reproduksi, frekuensi konsumsi makanan, pola makan, dan variabel dependen anemia ibu hamil. Disamping itu juga ingin dilihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, untuk itu besar sample minimal harus dihitung sesuai kebutuhan analisa.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan dengan memperhatikan hal sebagai berikut:

1. Status Anemia (kadar Hb).

2. Umur Ibu hamil.

3. Paritas.

4. Jarak kehamilan.

5. Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe.

6. Frekuensi ANC.

7. Pengetahuan kesehatan reproduksi.

8. Pola konsumsi makanan.

Pengolahan Data dan Analisa data.

Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data dengan bantuan komputer menggunakan paket aplikasi SPSS for Windows. Agar kompatibel dengan rancangan analisis data, dilakukan proses coding pada masing-masing variabel.

Analisis Univariat.

Analisis ini dilakukan untuk melihat magnitude permasalahan pada masing-masing variabel yang diamati melalui prosedur statistik deskriptif dilihat kecenderungan pemusatan dari masing-masing variabel. Semua variabel berskala kategorik, kecenderungan pemusatan data dianalisis dengan cara menentukan proporsi (prosentase) dari masing-masing kategori pengamatan pada tiap variabel.

Analisis Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen (umur, tingkat pendidikan, paritas, jarak kehamilan, frekuensi konsumsi makanan, pola makan, kepatuhan konsumsi suplemen Fe, frekuensi ANC, pengetahuan kesehatan reproduksi) dengan variabel dependen (kejadian anemia) di uji dengan Chi Square pada 0.05 dan untuk mengetahui besarnya factor risiko dilihat dari nilai Odds ratio

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Status Anemia Pada Ibu Hamil

Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada criteria WHO yaitu 11 gr/dl. Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl 1.18, kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan tertinggi 14.00 mg/dl.

Gambaran Faktor Risiko Kejadian Anemia

Rata-rata umur ibu hamil adalah 27-72 tahun, bervariasi dengan usia minimum 17 tahun dan usia maksimum 45 tahun. Sebagian besar ibu hamil berusia antara 20 tahun hingga 35 tahun yaitu sebesar 80%. Sebagian besar frekuensi persalinan ibu hamil >2 kali sebanyak 75%. Rata-rata jarak kehamilan ibu hamil adalah selama 2-15 th , bervariasi dengan jarak kehamilan terendah selama 1 tahun dan jarak kehamilan tertinggi selama 10 tahun. Rata-rata kepatuhan menkonsumsi tablet Fe pada ibu hamil adalah sebesar 2.65, bervariasi dengan nilai terendah 0 tahun yaitu tidak menkonsumi tablet Fe dan nilai tertinggi 5 (lebih dari nilai median). Sebagian besar ibu hamil menkonsumsi tablet Fe secara patuh yaitu sebanyak 81%.

Hubungan Antar Faktor Risiko dengan Kejadian Anemia

Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Anemia

Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.Wintrobe (1987) menyatakan bahwa usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya. Muhilal et al (1991) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka presentasi anemia semakin besar. Pada penelitian ini belum menunjukkan adanya kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka kejadian anemia semakin besar. Karena 80% ibu hamil berusia tidak berisiko yaitu antara 20 tahun hingga 35 tahun. Hal ini juga dibuktikan dari hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara usia ibu hamil dengan kejadian anemia (p > 0.05).

Hubungan Paritas dengan Kejadian Anemia

Pada penelitian ini menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Walaupun secara uji statistic tidak bermakna (p > 0.05). Bila dilihat nilai Odds Rasio yaitu sebesar 1.454 dengan 95% CI 0.567-3.726. Artinya ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai risiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang paritas rendah.

Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia

Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada wanita adalah jarak kelahiran pendek. Menurut Kramer (1987) hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang merupakan mekanisme biologis dan pemulihan factor hormonal. Pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin dekat jarak kehamilan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Hal ini secara uji statistik juga tidak bermakna (p > 0.05).

Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Kejadian Anemia

Pengetahuan kesehatan reproduksi menyangkut pemahaman tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, penyuluhan, tanda dan cara mengatasi anemia pada ibu hamil diharapkan dapat mencegah ibu hamil dari anemia. Pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin rendah pengetahuan kesehatan reproduksi, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Hal ini secara uji statistik juga tidak bermakna (p > 0.05).

Hubungan Frekuensi Antenatal Care dengan Kejadian Anemia

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga professional yaitu Dr Ginekolog dan Bidan serta memenuhi syarat 5 T (TB, BB, Tekanan darah, Tinggi Fundus, TT, Tablet Fe) Pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin rendah frekuensi antenatal care , maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Hal ini secara uji statistik juga tidak bermakna (p > 0.05)

Hubungan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia

Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara menkonsumsi tablet Fe, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat.

Pada penelitian ini menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin kurang patuh, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Walaupun secara uji statistic tidak bermakna (p > 0.05) . Bila dilihat nilai Odds Rasio yaitu sebesar 2.429 dengan 95% CI 836-7.052. Artinya ibu hamil yang kurang patuh konsumsi tablet Fe mempunyai risiko 2.429 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang patuh konsumsi tablet Fe

Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia

Gizi seimbang adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Agar sasaran keseimbangan gizi dapat dicapai, maka setiap orang harus menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan makanan yaitu KH, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu. (Kodyat, 1995).

Pada penelitian ini menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin kurang baik pola makan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Hasil uji statistic juga menunjukkan kebermaknaan (p > 0.05).

Kesimpulan

1. Rata-rata kadar hemoglobin ibu adalah sebesar 11.28 1.18 mg/dl dan proporsi ibu hamil yang tenderita anemia sebesar 42%,

2. Ada hubungan antara pola makan ibu hamil dengan kejadian anemia,

3. Ibu hamil yang jumlah persalinan banyak mempunyai proporsi kejadian anemia sebesar 52%,

4. Ibu hamil yang kurang patuh menkonsumsi tablet Fe mempunyai proporsi kejadian anemia sebesar 58.8%,

5. Tidak ada hubungan antara umur, jarak kehamilan, frekuensi ANC, pengetahuan kesehatan reproduksi ibu hamil dengan kejadian anemia.

Saran

1. Pada pengambil kebijakan dibidang kesehatan, perlu lebih dikembangkan lagi program KB, karena jumlah persalinan yang banyak berdampak pada tingginya angka kejadian anemia pada ibu hamil,

2. Pada pengelola program kesehatan khususnya program ibu dan anak, perlu strategi lain dalam merencanakan program penyuluhan kesehatan umumnya, khususnya tentang pentingnya kesehatan reproduksi dan Gizi bagi ibu hamil.

Tidak ada komentar: